Karawang: Berkah Dari Hutan Mangrove

Selain pelestarian alam di tengah isu perubahan iklim, kepedulian Toyota Motor melalui program CSR-nya dalam pengembangan hutan mangrove di Karawang, terbukti memberi banyak manfaat bagi masyarakat.

Tim CKL sedang melakukan pengambilan sampel penghitungan karbon

MUNGKIN tak banyak yang tahu, bahwa dengan rimbunnya hutan mangrove di bibir pantai berlumpur itu ternyata telah memberi banyak manfaat. Selain daratan terjaga dari abrasi, berbagai jenis ikan, kepiting dan udang pun berkembang dan tersedia bagi warga kampung Sukamulya, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Karawang.
“Itu ular..? Kata seseorang sambil menunjuk ke arah lahan berlumpur di bawah pepohonan mangrove.

Benar, ekosistem membaik, dan berbagai satwa pun nyaman bermukim di hutan mangrove. Selain kepiting bakau dan ikan-ikan kecil, dalam rentang waktu kurang dari satu jam GI telah dua kali melihat uar mencari makan di lobang-lobang tanah berlumpur.

Namun menurut beberapa warga, ular tersebut tidak berbahaya, karena bukan jenis ular berbisa. “Itu pemangsa tikus dan hewan kecil. Orang Sunda menyebutnya ular kadut,” ucap driver yang menghantar GI dalam peliputan tersebut.

Keikutsertaan GI ke daerah tersebut bersamaan dengan aktifitas pengambilan sampel dalam penghitungan karbon serta pembuatan Draf Rencana Aksi Mitigasi (DRAM) kawasan mangrove yang dikembangkan Toyota Motor Indonesia  bersama masyarakat Cilebar. Dalam hal ini, kegiatan tersebut dilakukan oleh PT. Cedar Karyatama Lestarindo (CKL), sebuah perusahaan berbasis sains terkait teknis penghitungan karbon, pembuatan DRAM, AMDAL dan sebagainya.

Olahan Daun Mangrove
Siapa sangka pula, ternyata daun mangrove bisa diolah menjadi berbagai kuliner. Di pesisir Karawang ini misalnya, kelompok PKK Kampung Sukamulya sudah sejak beberapa tahun terakhir menjual kerupuk daun mangrove dan sirup pidada (sejenis mangrove dengan buah berasa asam segar).

Seorang surveyor CKL sedang mewawancarai pengurus PKK di Cilebar Karawang

Seperti dikatakan Siti Hamnah, salah-seorang pengurus PKK yang memiliki warung yang posisinya pas di depan pintu gerbang obyek wisata hutan mangrove Sukamulya, bahwa kerupuk mangrove yang mereka produksi telah cukup dikenal dan memiliki pelanggan.

“Kadang ada yang pesan sekian bungkus untuk dibawa ke daerah mana gitu… Buat oleh-oleh,” jelasnya.
Sementara sirup mangrove hanya dapat diproduksi dikala waktu tertentu, yakni saat mangrove pidada berbuah.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia