Kiprah aksi mitigasi penurunan emisi GRK berbasis hutan rakyat Jawa Barat tangah dijalankan. Tentunya, semangat ini pantas mendapat dukungan dari berbagai pihak.
HUJAN di bulan Desember tak menyurutkan pelaksanaan sebuah rencana. Bersama tim survey dari PT. Cedar Karyatama Lestarindo (CKL), Trees4Trees (T4T) dan masyarakat di sekitar hutan (petani) Jawa Barat pekan lalu turun ke lapangan.
T4T, sebagai pihak sentral dalam kegiatan itu, tampaknya sedang menebar kiprah pelestarian hutan rakyat di Tatar Sunda. Cakupan aktifitasnya tidaklah kecil. Ribuan hektar, dengan tak kurang dari 9000 petani yang terlibat.
Mereka menanam dan merawat hutan. Disamping itu, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan patani adalah sebuah harapan yang terbentang di depan mata.
T4T adalah sebuah lembaga (NGO) peduli lingkungan dan rakyat yang berpusat di Bandung – Jawa Barat.
Kegiatan yang sedang dilakukan di beberapa kawasan hutan Tatar Sunda (khususnya di Kabupaten Bandung, Bandung Barat) tersebut, jelas, akan berdampak positif bagi wilayah ini. Hal tersebut juga berkontribusi bagi program yang telah digaungkan Pemerintah Indonesia, yakni pencapaian target penurunan emisi nasional (NDC).
Sebuah Tantangan
Rabu (04/12), seperti telah diberitakan GI sebelumnya, gerimis terus membasahi hutan dan hamparan sawah ladang di bumi nan elok tersebut. Jas hujan plastik dan sepatu lars (boot) dikenakan.
Jalan setapak menuju puluhan plot yang telah ditentukan di peta GPS, penuh lumpur dan licin. “Saya naik motor dibonceng teh Ipeh. Kami sempat jatuh,” tutur Alya Raisa, anggota tim CKL dalam survey itu.
Masih dibawah gerimis, pada lokasi lain, tepatnya di Desa Cimaung, Tim CKL lainnya, Meta Dwiyanti, bersama beberapa pendamping dari T4T pun melakukan survey pengambilan data dan sampel penghitungan karbon. GI pun mengunjungi desa ini.
“Hati-hati… leueur pisan,” sapa warga saat GI menyusuri jalan setapak menuju hutan.
Pantas Didukung
Kiprah positif yang dijalankan T4T dalam aksi mitigasi penurunan emisi GRK berbasis hutan rakyat itu tentu tidaklah mudah. Selain medan yang luas, ribuan petani yang terlibat pun perlu sosialisasi agar paham betapa pentingnya upaya ini.
“Beberapa warga masyarakat di sekitar hutan tampaknya masih agak ragu, bahkan ada yang batal terlibat,” ungkap Fuji Ardi usai kegiatan pengambilan sampel. Belum ada kejelasan apa yang menjadi pertimbangan petani dalam program penghijauan tersebut.
Saat liputan lapangan hari itu (04/12) GI pun tidak menemui petani untuk diwawancarai.
“Saya cuma pengepul barang bekas, tidak bertani,” kata Dian, seorang warga Desa Cimaung. Namun seperti dikatakannya, bahwa memang banyak yang ikut menanam pohon alpukat di kawasan tersebut.
“Di sini petani banyak yang menanam sawi (caisim -red), ada juga padi sawah dan lain-lain,” sahut istrinya sembari mencuci peralatan dapur.
Di tengah berbagai tantangan tersebut, T4T tampaknya berpantang surut untuk terus berkiprah di hutan rakyat Jawa Barat. Luar biasa.
Inilah aktifitas penghijauan yang sekaligus memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat petani. Tentunya, semangat ini pantas mendapat dukungan dari berbagai pihak.
**Riz**
No comment