Hujan lebat mengguyuri Taman Nasional (TN) Gunung Halimun Sukabumi saat roda-roda jip merayapi jalan kecil bebatuan kawasan tersebut akhir pekan lalu. Lepas rehat siang di Ciptarasa, tanjakan terjal memacu adrenalin untuk terus menyusuri puncak Halimun. Puluhan kendaraan 4×4 pun merambat pelan, dengan membawa ratusan bibit pohon beragam jenis untuk ditanam di tanah Kasepuhan, Ciptagelar.
Jelang Magrib lumbung-lumbung padi mulai menyapa di tengah gerimis dan hawa dingin, pertanda konvoi telah sampai di pusat Kasepuhan Ciptagelar. Beberapa gadis dengan angklung di tangan, para abdi kasepuhan serta puluhan anak kampung begitu ramah menyambut, di tengah raungan mesin jip yang mulai meredup di pelataran parkir. Tercatat beberapa perwakilan komunitas 4WD turut serta dalam green adventure yang digelar Little Jip Owner Comunity (LjOC) itu.
Cinta Lingkungan
Kasepuhan Ciptagelar merupakan pusat Kesatuan Masyarakat Adat Banten Kidul yang yang berada di kawasan puncak Gunung Halimun. Meski sudah terbuka modernisasi namun budaya leluhur masih terasa sangat kental di kawasan sekitar TN Gunung Halimun tersebut. “Hutan dan pepohonan penting bagi kami,” ucap seorang abdi yang ternyata seorang sarjana.
Dituturkannya bahwa pihak pengelola taman nasional pun meminta bantuan masyarakat adat Ciptagelar dalam pelestarian hutan. Dan itu ternyata ampuh. “Terbukti sejak Abah (pimpinan adat) memerintahkan warga untuk ikut mengawasi hutan tidak pernah terjadi lagi penebangan pohon secara liar,” jelasnya. Ditambahkannya bahwa orang lebih takut (menghormati) hukum adat, karena sanksi sosialnya di tengah masyarakat. Memang, Sang Abah terkenal sangat mencintai lingkungan.
“Norma tradisi kuno’ pun masih melekat kuat, tak terkecuali bagi peserta adventure menuju Ciptagelar. Percaya atau tidak, intinya agar semua individu tidak bertindak sembarangan, sesumbar atau takabur dan.menjaga lingkungan sepanjang perjelajahan belantara. Hal itu disampaikan salah seorang tokoh adventure 4WD nasional dan juga Pembina LjOC, Bimo Kawan 4×4. “Safety dalam mengemudi, jaga kesopanan, jangan takabur dan tidak boleh merusak lingkungan misalnya buang sampah sembarangan di hutan,” ucapnya saat briefing rombongan.
Kecintaan lingkungan dan pelestarian hutan oleh masyarakat adat Ciptagelar pun tidak sebatas pemberlakuan sanksi bagi perusak hutan, tapi juga melalui upaya penghijauan kembali lahan-lahan yang sudah terlanjur terbuka. Untuk itu, oleh Sang Abah, kiprah dan kepedulian para offroader juga diharapkan. Hal tersebut dikaitkan pula pada kemampuan penjelajahan mobil 4×4 hingga pedalaman dan rimba raya di pegunungan.
Seperti disampaikan leader ekspedisi LjOC – Ciptagelar, Abeng, bahwa selain penanaman pohon, Sang Abah juga bercita-cita mengembangkan agribisnis lebah madu dan kegiatan ‘ekonomi hijau’ lainnya untuk kesejahteraan masyarakat adat sekitar hutan di Ciptagelar.***
No comment