Dr. Dadan Mulyana: Awali Dengan Inventarisasi Hutan.

Penghitungan karbon di sektor FOLU diawali dengan mengenal hutannya,” ungkap Dadan mengawali materi yang disampaikannya.

MATERI pertama kegiatan Pelatihan Penghitungan Karbon yang digelar IPB bersama PT. Cedar Karyatama Lestarindo (CKL) hari ini (Kamis, 07/11) cukup memikat hati. Semua yang ada di Aula EDTC PKSPL IPB di Baranangsiang – Bogor itu tampak begitu antusias
Selain materi yang menarik, pembicaranya pun penuh canda, sehingga seisi aula sesekali digemuruhi tawa.
Judul materinya adalah “Inventarisasi Hutan Sebagai Basis perhitungan emisi GRK”. Pematerinya tak lain ialah Dr. Dadan Mulyana, Forest Ecology Expert di PT Cedar Karyatama Lestarindo (CKL).

Diawali dengan Ekologi
“Karbon di sektor FOLU diawali dengan mengenal hutannya,” ungkap Dadan mengawali materi yang disampaikannya.
Lebih jauh disebutkan bahwa hutan hujan tropis memiliki banyak peran. Diantaranya sebagai rumah bagi flora dan fauna serta wadah pool karbon.
“Pengetahuan biodiversitas penting dalam bisnis karbon,” jelas Dadan.
Ditambahkannya, bahwa perhitungan karbon hutan
dapat dilakukan dengan memperhatikan berbagai hal. Ada 2 metode yang bisa dilakukan, yakni destruktif dan alometrik.
Tahap pertama yang dilakukan adalah analisis tutupan lahan dan penghitungan data aktivitas oleh ahli GIS. Tahap kedua adalah inventarisasi untuk perhitungan cadangan karbon dari 5 pool karbon berdasarkan SNI 7724:2019
“Setiap referensi lokasi model alometrik dikategorikan menurut tipe ekosistem. Tipe ekosistem ini penting dipahami karena menentukan jenisnya,” ungkapnya.

Seru & Interaktif
Banyak pertanyaan muncul dari peserta training. Diantaranya dilontarkan oleh Evi Siti Sofiyah dari Universitas Pertamina.
“Kalau ada hutan yang terdeforestasi dan mau reforestasi apakah ada yang terbukti berhasil mengingat struktur dan komposisi sulit diikuti?” Tanya Evi.
Dijawab oleh pemateri, bahwa struktur merupakan tingkat pertumbuhannya. “Struktur bisa dibentuk, asal memahami mana yang fast, middle, atau slow growing,” jelas Dadan.
Untuk memahaminya, ada studinya sendiri. Ada beberapa jurnal, yang membahas yang mana spesies yang pioneer, middle, dan climax species. Misalnya yang diperhatikan adalah spesies tengkawang, buah penghasil mentega, yang selanjutnya bisa diolah menjadi kosmetik.
“Permasalahannya, sekarang banyak yang melakukan rehabilitasi tanpa  memerhatikan struktur,” tukas ahli ekologi dari CKL tersebut.
Sementara Nur Linda Isa (Yasiwa) menanyakan; dari berbagai jenis hutan rawa, mangrove, apa yang mampu menyerap karbon dalam jumlah besar?
Menurut Dadan, hutan memiliki peranan yang cukup penting. Tingginya karbon ini juga dipengaruhi oleh berat jenis serta volume.


Banyak pertanyaan lain yang dilontarkan dalam sesi tanya-jawab bersama ahli ekologi di hari pertama pelatihan penghitungan karbon sektor FOLU tersebut. Oleh Dadan Mulyana, semuanya dijawab dengan jelas dan memuaskan.*


(Alya/Riz)

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *