Rugayah, Nanda Utami, Deden Girmansyah
Jenis baru merupakan satuan unit terrendah dalam suatu tingkatan sistem klasifikasi tumbuhan, yang diperuntukkan bagi satu individu atau sekelompok individu tumbuhan yang pertama kali ditemukan, dipertelakan dan dipublikasikan ke dalam jurnal ilmiah taksonomi.
BERAPA jumlah kekayaan jenis flora sesungguhnya di Indonesia? Sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Yang jelas, semua itu adalah anugerah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah meletakkan bangsa ini pada posisi geografi yang istimewa.
Mengapa tidak? Indonesia membentang di sepanjang garis khatulistiwa, dari Sabang di bagian barat hingga Merauke di timur Papua. Hal ini meyumbang pada tingginya keanekaragaman hayati negeri ini. Demikian pula gugusan kepulauan, pulau-pulau kecil yang jumlahnya lebih dari 13.000, memberikan peluang terjadinya proses spesiasi yang tinggi.
Isolasi geografi serta isolasi reproduksi yang menghasilkan variasi genetik dan morphologi, merupakan serangkaian proses terjadinya spesiasi. Proses terjadinya spesiasi, bisa sangat panjang sejalan sejarah evolusinya, atau dapat terjadi secara cepat dan tiba-tiba/spontan karena adanya mutasi yang disebabkan oleh tekanan seperti bencana alam atau zat kimia.
Penjelajahan bumi nusantara yang sangat luas ini belum seluruhnya dilakukan. Maka, tidak dapat dipungkiri, bahwa masih banyak jenis-jenis flora baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Oleh karena itu kegiatan seperti inventarisasi dan eksplorasi pulau-pulau kecil, lokasi-lokasi yang belum banyak dijelajah ahli botani sebelumnya atau lokasi Indonesia di bagian timur, dapat menjadi pilihan target pemburuan tersebut. Pemburuan kali ini tertuju di lokasi sekitar kaki Gn. Dempo, Palembang, Sumatra Selatan
Mengapa di Gn. Dempo?
Perburuan kandidat jenis baru kali ini di fokuskan ke lokasi Gn. Dempo dan sekitarnya. Lokasi ini tepatnya berada di daerah Pagaralam, Sumatra Selatan. Gunung Dempo dilaporkan termasuk salah satu gunung tertinggi di Sumatra, dengan ketinggian sekitar 3.195 m di atas permukaan air laut.
Sebagian wilayahnya terletak di daerah Pagaralam. Untuk mencapai lokasi tersebut diperlukan waktu sekitar 7 jam dari Palembang. Gunung Dempo menjadi tujuan utama karena berdasarkan catatan buku Flora Malesiana kegiatan eksplorasi di kawasan ini belum banyak dilakukan.
Penelusuran pustaka Flora Malesiana 1 (1950), diketahui bahwa tidak lebih dari sekitar 50 kolektor penting asal manca negara (sebelum kemerdekaan RI) yang direkam telah mengunjungi Palembang. Beberapa diantaranya seperti: Horsfield (1812-1813), Forbes (1820), Teysmann (1857). Endert (1917-1921), Polak (1931). Namun hanya beberapa yang secara tegas menyebutkan lokasi kunjungannya ke Gn. Dempo., seperti Brooks C.J. (1923), Holtum (1933) yang mengutamakan koleksi tumbuhan paku di lokasi tersebut.
Mencari Spesimen dan DNA
Perjalanan pemburuan kali ini bertujuan untuk menjelajahi kaki Gn. Dempo, sekalian meniti kembali lokasi hasil eksplorasi dua tahun sebelumnya (2022). Kandidat jenis baru anggota timun-timunan ini pertama kali dikoleksi pada tahun 2022 dengan perawakan tumbuh menjalar atau memanjat di batang pohon yang lebih kokoh yang tumbuh di sekitarnya.
Koleksi yang diperoleh sebelumnya hanya berupa ranting, daun dan buah yang berwarna merah mencolok. Akan tetapi, untuk kelengkapan pertelaan jenis baru, masih diperlukan spesimen bunga dan DNA. Oleh karena itu, napak tilas eksplorasi ke lokasi sebelumnya sangat diperlukan untuk mendapatkan spesimen bunga dan DNA, sehingga pertelaannya menjadi lebih lengkap.
Sepanjang perjalanan dari Palembang ke Pagaralam merupakan perjalanan yang sangat menyenangkan, meskipun jauh dan melelahkan. Penulis merasakan betapa besar karunia dan nikmat Allah yang telah diberikan, terlihat nyata atas KebesaranNYA, menciptakan panorama keindahan alam yang membentang diantara hamparan perbukitan yang sangat menawan.
Tadabbur alam yang kami dapatkan selama perjalanan. Bahkan rasa penat dan kecewa akibat tidak didapatkannya spesimen bunga yang menjadi targetnya, sedikit terlerai. Meskipun demikian, perjalanan tersebut masih menjumpai specimen penting yang masih perlu penelitian lanjutan.
Cara Berburu Kandidat Jenis Baru
Langkah untuk mendapatkan kandidat jenis baru sangatlah panjang. Yang pertama kita harus memiliki taksa tertentu yang menjadi targetnya, baik pada tingkat jenis, marga maupun suku. Pada perburuan kali ini ditargetkan beberapa suku terpilih yaitu Balsaminaceae, Begoniaceae, Cucurbitaceae, Melastomataceae, dan Zingiberaceae.
Langkah berikutnya yaitu menentukan lokasi dengan cara jelajah napak tilas berdasarkan informasi lokasi pada label spesimen herbarium. Jenis-jenis yang merupakan kandidat jenis baru biasanya teridentifiksi sampai tingkat marga, dan pada label spesimennya tertulis banyak informasi mulai dari kolektor, lokasi sampai nama daerah.
Lokasi dan nama lokal sangat diperlukan dalam berburu kandidat jenis baru. Cara lainnya yaitu dengan menelusuri buku Flora Malesiana jilid 1; yang memuat informasi lokasi-lokasi mana saja yang telah atau belum dijelajah oleh para ahli botani sebelumnya.
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi sampel yang diperoleh dari lapangan dengan cara menanyakan pada ahlinya, dicocokkan dengan spesimen herbarium, diidentifikasi dengan menggunakan buku-buku flora maupun jurnal ilmiah taksonomi, website flora yang ada di internet seperti POWO , Plant of the World, Flora Indonesia Digital dll.
Pada saat ini, untuk meyakinkan bahwa jenis yang didapatkan memang belum pernah diterbitkan sebelumnya, masih diperlukan langkah berikutnya, yakni dengan melakukan analisis lebih lanjut seperti dengan analisis molekuler.
Tahapan berikutnya adalah mempublikasikannya di jurnal ilmiah taksonomi. Tahapan inipun masih memerlukan serangkain langkah yang harus dipenuhi. Pemberian nama kandidat jenis tersebut dengan nama yang disesuaikan dengan aturan yang melekat diatur dengan Hukum Tata Nama Tumbuhan, agar nama tersebut dapat digunakan secara sah dan tepat/correct.
Hasil Buruan
Hasil buruan kegiatan inventarisas atau eksplorasi pada umumnya berupa sepsimen herbarium, koleksi spesimen basah, maupun keleksi hidup. Sampel yang berupa bagian ranting lengkap dengan buah dan bunganya atau hanya dengan salah satu bagian saja perlu proses lebih lanjut untuk menjadikannya sebagai koleksi herbarium dan disimpan di Herbarium Bogoriense atau dimana saja, yang penting mendapatkan perawatan, dan dipakai untuk penelitian.
Spesimen-spesimen inilah nanti dijadikan sebagai bukti, dan bahan acuan untuk identifikasi koleksi lainnya. Jika spesimen tersebut terindikasi sebagai jenis baru, maka koleksi tersebut harus dijadikan koleksi Type.
Dalam kegiatan eksplorasi kali ini didapatkan beberapa sampel yang teridentifikasi ke dalam suku Cucurbitaceae, salah satu jenis diantaranya merupakan kandidat jenis baru dari marga Trichosanthes sp. Kandidat jenis baru ini secara morfologi sudah selesai diseskripsikan dan analisis molekuler masih perlu dilakukan sebagai data dukung dalam publikasi.
Berikutnya adalah suku Balsaminaceae yang tumbuhannya dikenal dengan nama pacar air. Tumbuhan ini menyukai tempat yang dingin dan sejuk, seperti terdapat di kaki gunung Dempo.
Ada dua jenis pacar air ditemukan di lokasi ini, yaitu yang bunganya berwarna kuning bercampur orange, jenis ini dikenal dengan nama Impatiens heterosepala. Sedangkan satu jenis lagi hanya berwarna kuning.
Kemungkinan jenis yang kedua ini merupakan kandidat jenis baru, oleh karena itu untuk proses selanjutnya adalah mempreteli (dissecting) bagian bunganya, kemudian dibuat deskripsinya dan dibandingkan dengan jenis lainnya yang sudah di ketahui namanya. Jika karakternya berbeda dengan jenis lainnya maka dapat di usulkan sebagai temuan baru. Berikut adalah foto dari bunga pacar air yang berwarna kuning.
Salah satu jenis lainnya adalah Begonia. Jenis Begonia ini sebelumnya hanya terdapat dan ditemukan di Jawa dan belum pernah dilaporkan ada di Sumatra.
Jenis ini mirip dengan Begonia muricata di Jawa tetapi memiliki ukuran bunga yang jauh lebih besar dibandingkan dengan spesies Jawa. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan apakah jenis tersebut sama dengan Begonia muricata atau mungkin jenis lain yang perawakannya mirip dengan muricata. Selain jenis baru, jenis ini juga dimungkinkan sebagai varitas baru.
Tentang Penulis
Rugayah. Lahir 30 Agustus 1956 di Solo, Jawa Tengah. Selepas meraih sarjana S1 Biologi UGM, tahun 1981 aktivitas penulis sebagai peneliti di Herbarium Bogoriense (BO) – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Tumbuhan dengan fokus penelitian pada bidang Taksonomi Tumbuhan.
Tahun 1990 melanjutkan studi Program Master degree di Universitas Birmingham, Inggris dengan penelitian Biosistematika Solanum,. Pada tahun 1994 mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan S3 di IPB, dengan penelitian suku Cucurbitaceae. Saat ini penulis telah mencapai jenjang Peneliti Ahli Utama.
Dr. Nanda Utami. Lahir pada 9 Febriari 1957 di Jakarta, DKI. Aktivitas penulis sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Tumbuhan dengan fokus penelitian di taksonomi tumbuhan khususnya suku Balsaminaceae dan kerabatnya.
Tahun 1991-1996 melanjutkan studi S2 dan S3 di Kanazawa University, Jepang pada suku Balsaminaceae. Hingga saat ini penulis sudah mencapai jenjang Peneliti Ahli Utama dengan focus penelitian biosistematika Balsaminaceae.
Dr. Deden Girmansyah, S.Si, M.Si. Lahir pada 06 Pebruari 1971 di Garut, Jawa Barat. Selepas meraih sarjana S2 Biologi IPB tahun 2008 aktivitas penulis sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Tumbuhan dengan focus penelitian di taksonomi tumbuhan khususnya suku Begoniaceae.
Tahun 2019 melanjutkan studi S3 Biologi IPB dengan penelitian masih pada suku Begoniaceae. Hingga saat ini penulis sudah mencapai jenjang peneliti ahli madya dan sudah menemukan lebih dari 25 jenis baru Begonia serta menerbitkannya di jurnal ilmiah internasional. ***