Deden Girmansyah1, Tri Warseno1 dan Yessi Santika1
Tak hanya indah, tumbuhan yang cukup beragam ini pun aman dikonsumsi dan bisa dijadikan bahan baku obat, termasuk obat kanker.
CANTIK memikat, namanya “Begonia”. Inilah salah satu tumbuhan berbunga yang banyak ditemukan di Indonesia. Diantaranya, ada yang disebut Begonia introduksi dan sebagian merupakan Begonia liar (alam).
Begonia introduksi merupakan jenis Begonia yang sudah dibudidayakan dan memiliki daya adaptasi yang kuat, sehingga dapat tumbuh dimana-mana. Sedangkan Begonia liar masih tumbuh liar di alam dan belum di budidayakan. Yang disebutkan terakhir masih sulit tumbuh di luar habitat aslinya.
Begonia liar umumnya memiliki nama daerah yang beragam. Diantaranya seperti ‘hariang’ ( Jawa Barat), ‘Asam-asam’ ( Sumatra) dan ‘kupin batu’ ( Sulawesi).
Begonia umumnya banyak ditanam sebagai tanaman hias, karena memiliki bentuk dan corak warna yang menarik. Selain itu, Begonia juga banyak digunakan sebagai bahan makanan, terutama sebagai lalapan atau air batangnya dapat digunakan sebagai pengganti asam untuk menghilangkan bau amis pada ikan.
Tak jarang pula para pendaki gunung mengkonsumsi tumbuhan ini ketika merasa haus, karena batang Begonia menyimpan cukup banyak air. Air batang Begonia terasa asam karena memiliki asam oksalat. Sebaiknya, sebelum meminumnya perut sudah terisi makanan terlebih dahulu.
Begonia juga ada yang sudah dijadikan sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Selain itu, bentuk bunga yang unik dan warna yang indah menarik juga untuk dituangkan dalam bentuk sablon baik pada kain ataupun pada bahan lainnya, bahkan pernah digunakan juga untuk membatik.
Beragam dan Indah
Begonia introduksi sering ditemukan di penjual tanaman hias, sedangkan Begonia liar hanya ditemukan di habitat alaminya. Habitat tempat tumbuh Begonia liar umumnya di lantai hutan, di tebing-tebing, sekitar air terjun, sekitar aliran sungai, batuan kars, bahkan di pulau-pulau kecil.
Begonia liar dapat ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Jenis-jenis Begonia liar umumnya endemic dan sampai sekarang masih banyak yang belum teridentifikasi atau memiliki nama jenis. Sehingga peluag ditemukannya jenis baru masih sangat besar.
Begonia liar banyak yang memiliki corak dan warna daun yang menarik untuk dikembangkan sebagai tanaman hias. Warna daun Begonia liar sangat beragam mulai dari hijau dengan bercak putih pada permukaannya, hijau dengan garis-garis coklat, hitam sampai merah.
Begonia laruei dari Sumatra memiliki warna daun hijau dengan permukaan daun berbintik atau bercak putih, Begonia hijauvenea memiliki warna daun hijau dengan warna coklat di sepanjang pertulangan daunnya, Begonia daun hitam dari Kalimantan memiliki warna daun hitam mengkilat, Begonia robusta dari Jawa memiliki warna daun merah menyala dan berbulu seperti beludru, terutama pada daun mudanya.
Semua jenis Begonia tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman hias, karena sudah memiliki karakter yang menarik terutama dari warna daunnya.
Multi Guna
Berdasarkan pengalaman selama di lapangan, ternyata semua jenis Begonia dapat dimakan dan tidak beracun, sehingga berpotensi sebagai sumber makanan atau minuman alternatif yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Jenis-jenis Begonia yang berbatang besar seperti Begonia multangula (Jawa), Begonia robusta (Jawa), Begonia teysmanniana (Sumatra), Begonia scottii (Sumatra)dan Begonia lempuyangensis (Bali)sering menyimpan air pada batangnya. Ketika diperas batang tumbuhan tersebut akan mengeluarkan air yang dapat diminum.
Sedangkan jenis lainnya seperti Begonia lepida (Jawa)pernah dilaporkan dapat digunakan untuk menghilangkan bau amis pada ikan. Bunga begonia pernah digunakan sebagai penghias disekitar piring hidangan atau jadi penghias kue seperti anekan kueh basah seperti pudding.
Beberapa Begonia juga telah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai bahan obat tradisional. Misalnya Begonia isoptera (dari Jawa). Tumbuhan ini dikenal sebagai obat pembengkakan limpa, Begonia lempuyangensis (dari Bali)sebagai obat batuk, Begonia medicinallis ( dari Sulawesi)dapat mengobati berbagai macam penyakit.
Beberapa penelitian lebih lanjut juga pernah dilakukan terhadap Begonia liar seperti Begonia baliensis yang ternyata memiliki kandungan anti bakteri. Disamping itu, setelah diuji dengan metode metabolomic, ternyata memiliki metabolit sekunder yang berpotensi untuk di kembangkan sebagai bahan obat.
Contohnya Begonia lepida, yang memiliki kandungan stigmasterol yang cukup tinggi dan berperan aktif dalam mengurangi kadar kolekstrol jahat dan menekan resiko pertumbuhan kanker.
Potensi lainnya adalah sebagai bahan hiasan seperti gantungan kunci yang menampilkan bunga jenis-jenis baru Begonia. Bahan sablon pada kaos, handuk, gelas, piring bahkan pada kain batik. Bentuk daun dan corak warna Begonia sangat diminati oleh pecinta ecoprinting, karena akan menghasilkan bentuk serta warna yang menarik Ketika sudah menempel pada kain batik.
Kain batik hasil ecoprinting memiliki harga yang lumayan dan dapat dijadikan peluang usaha baru. Harga batik ecoprinting berkisar antara 200-300 ribu rupiah tergantung nilai keunikan dari batik tersebut.
Tentang Penulis
Dr. Deden Girmansyah, S.Si, M.Silahir pada 06 Pebruari 1971 di Garut, Jawa Barat. Selepas meraih sarjana S2 Biologi IPB tahun 2008 aktivitas penulis sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Tumbuhan dengan fokus penelitian di taksonomi tumbuhan khususnya suku Begoniaceae.
Tahun 2019 melanjutkan studi S3 Biologi IPB dengan penelitian masih pada suku Begoniaceae. Hingga saat ini penulis sudah mencapai jenjang peneliti ahli madya dan sudah menemukan lebih dari 25 jenis baru Begonia serta menerbitkannya di jurnal ilmiah internasional.
Yessi Santika, M.Si lahir pada 15 November 1990 di Bandung Jawa Barat. Aktivitas penulis sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Tumbuhan dengan focus penelitian di taksonomi tumbuhan khususnya suku Vitaceae dan kerabatnya. Tahun 2008 melanjutkan studi S2 Biologi IPB dengan penelitian pada suku Zingiberaceae. Hingga saat ini penulis sudah mencapai jenjang peneliti ahli Muda dengan focus penelitian biosistematika Vitaceae
Tri Warseno, S.Si, M.Sc lahir pada 06 April 1985 di Sukoharjo, Jawa Tengah. Selepas meraih sarjana S1 Biologi FMIPA UNS, tahun 2009 aktivitas penulis sebagai peneliti di Kebun Raya “Eka Karya” Bali – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Tumbuhan dengan fokus penelitian di botani dan perbanyakan tumbuhan hias khususnya suku Begoniaceae, Nepenthaceae dan Ericaceae. Tahun 2020 melanjutkan studi S2 Biologi UGM dengan penelitian mengenai keragaman dan biosistematika suku Begoniaceae. Hingga saat ini penulis sudah mencapai jenjang peneliti ahli muda dengan fokus penelitian biosistematika Begonia.
1Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi. Badan Riset dan Inovasi Nasional