Mengenal Avicennia, Si Api yang Tak Panas

Hampir setiap orang pernah ke wilayah pesisir untuk ber­bagai aktifitas, baik untuk wisata, penelitian, maupun hanya sekedar singgah. Keindahan pe­sisir memang sanggup membuai setiap mata yang memandang. Di balik kein­dahan tersebut, terdapat sosok pe­nyangga berupa kumpulan pohon yang tumbuh lebat dengan berbagai bentuk akar, itulah yang disebut vegetasi hutan mangrove.

Hutan mangrove menjadi rumah mewah bagi flora dan fauna yang tum­buh dan berkembang di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis. Jenis-jenis pohon mangrove umumnya men­yebar di pantai yang terlindung dan di muara-muara sungai dengan komposi­si jenis yang berbeda-beda bergantung pada kondisi habitatnya.

Bagi siapapun yang pernah masuk ke mangrove dan mengamati lantai hutannya, maka akan menemukan se­suatu yang mirip dengan pinsil (atau berbentuk asparagus) yang tertancap dengan jumlah yang sangat banyak dan tersebar mengelilingi batang pohon, itulah yang disebut pohon Avicennia. Apa itu Avicennia?

Karakteristik Avicennia

Akar Api-api

Nama Avicennia dilekatkan pada genus ini untuk menghormati Ibnu Sina. Di dunia barat terkenal sebagai Avicenna, salah seorang pakar dan pe­rintis kedokteran modern dari Persia. Pohon Avicennia di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan­nama lokal yang berbeda seperti sia-sia, sie-sie, pejapi, nyapi, hajusia, pai, dan mangi-mangi serta nama daerah yang paling populer adalah ‘api-api’.

Berbagai jenis Avicennia menyebar di dua kawasan perairan utama di wi­layah tropis, seperti Avicennia alba/api-api putih; Avicennia bicolor; Avicennia germinans; Avicennia integra; serta Avi­cennia marina yang merupakan api-api dengan sebaran paling luas, mulai dari pantai timur Afrika, Teluk Persia, India, Asia Tenggara, ke timur hingga Tion­gkok dan Jepang, serta ke selatan men­yebar di seluruh kawasan Indomala­ya hingga ke Australasia dan kepulauan di Pasifik Selatan; Avicennia officinalis/ api-api daun lebar/api-api ludat; Avi­cennia rumphiana; dan Avicennia schau­eriana.

Api-api merupakan pioner/pelopor dari spesies mangrove, yang mungkin paling luas dari semua mangrove. Di­sebut pioner ka­rena merupa­kan pohon yang pertama tumbuh keti­ka lahan mangrove terbuka setelah terjadi kerusakan/gangguan. Habitus atau tongkrongan pohon ini berupa belukar atau pohon yang tum­buh tegak atau menyebar, dengan ke­tinggian pohon mencapai 30 meter dan tumbuh di atas lumpur berpasir, pada bagian tepi menjorok ke laut.

Jenis api-api yang lebih sering di­temukan di Indonesia adalah Avicennia marina. Susunan daun Avicennia marina adalah tunggal, bertangkai, berhada­pan, bertepi rata, berujung runcing atau membulat. Helai daun berbentuk sep­erti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu atau keputihan di sisi bawahnya, sering dengan Kristal garam yang ter­asa asin (Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut). Pertulangan daun pada umumnya tak begitu jelas terlihat. Kuncup daun juga terletak pada lekuk pasangan tangkai daun teratas.

Bertahan Hidup Ala Avicennia

Dalam kehidupannya, pohon api-api menghadapi kondisi yang cukup berat, karena harus tumbuh dan berkembang pada kadar garam yang tinggi. Untuk bertahan hidup, maka jenis ini beradap­tasi pada lingkungan yang berlumpur dan berkadar garam, tinggi.

Pohon api-api memiliki cara hidup yang unik, seperti akar api-api bentukn­ya seperti pinsil dan rapat-rapat mun­cul ke atas atau ke permukaan lumpur yang berguna untuk bernafas, biasanya akar tersebut muncul di sekeliling pan­gkal batangnya. Biasanya Akarnya me­miliki ukuran sekitar10-30 cm.

Api-api memiliki daun yang ber­warna putih dibagian bawahnya kare­na dilapisi kelenjar garam atau kristal garam. Kristal garam yang berada di bawah lapisan daun disebabkan kare­na kelebihan garam yang di buang oleh tumbuhan api-api, dan Jika buahnya belum gugur, biji api-api berkecambah dan masih melekat pada rantingnya. Pada saat biji Api-Api terjatuh kelum­pur maka akan segera tumbuh.

Manfaat Siapi-api

Bunga Api-api

Api-api memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan, kayunya dapat dipakai untuk bangunan rumah, juga digunakan untuk membuat mebel maupun pera­hu. Bagian batang dan rantingnya bias dibuat untuk kayu bakar dan juga untuk bubur kayu/pulp (bahan pembuat ker­tas). Kayunya yang keras juga sangat tahan terhadap serangan rayap.

Pohon ini mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat yang tinggi. Api-api memiliki sistem pen­anggulangan materi toksik dengan cara melemahkan efek racun melalui pengenceran (dilusi), yaitu dengan me­nyimpan banyak air untuk mengencer­kan konsentrasi logam berat dalam ja­ringan tubuhnya sehingga mengurangi toksisitas logam tersebut.

Daun api-api (Avicennia marina) merupakan salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan dipakai sebagai obat anti fertilitas tradisional oleh masyarakat pantai. Ekstrak dari tumbuhan ini ber­potensi sebagai obat anti fertilitas. Hampir seluruh bagian tumbuhan ini dapat dimanfaatkan seperti akar, kulit, batang, daun, bunga atau biji, bahkan eksudat tanamannya (zat nabati yang secara spontan keluar, dikeluarkan, atau diekstrak dari jaringan sel tana­man).

Selain itu, daun api-api juga men­gandung senyawa aktif glikosida triter­pena yang mempunyai struktur siklik yang relative kompleks dan sebagian besar merupakan senyawa alkohol, al­dehid atau asam karboksilat.

Mengingat manfaatnya yang be­gitu besar, maka sudah semestinya kita semua turut melestarikan dan menjaga spesies tersebut di hutan mangrove sebagai rumah tempat tumbuh dan berkembangnya.

***Dsm***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *