Dr Ir Sudarmono MSc; Esthi Liani Agustiani SHut MSi dan Widoyanti Ssi*)
Buah endemik Kalimantan ini memang unik. Selain bentuknya yang menarik, ternyata buah langka ini memiliki khasiat bagi kesehatan.
BELIMBING darah atau Belimbing merah, diberi sebutan demikian karena bentuknya mirip dengan buah belimbing dan warnanya merah. Namun ternyata ini bukan belimbing biasa.
Untuk mengenal lebih dekat, kita bisa menelusurinya dari daunnya yang sangat berbeda dengan daun buah belimbing biasa. Selain itu perlu dikenal pula kerabat dekat dari sisi ilmiahnya.
Belimbing merah memiliki nama ilmiah Baccaurea angulata Merr. (Phyllantaceae) berbeda dengan Belimbing biasa atau Star fruit (Nama Inggris) yang nama ilmiahnya Averrhoa carambola-Oxalidaceae. Belimbing ini endemik pulau Kalimantan dengan nama Inggrisnya yaitu red angle tampoi.
Nama lainnya adalah asam ketiak, belimbing bukit, gerumin bereh (bahasa Suku Dayak Bidayuh), tampoi merah, uchong (Dayak Iban), belimbing hutan, pidau. Belimbing merah termasuk Keluarga menteng (Phyllantaceae).
Buah ini berhubungan dekat dengan jenis menteng (Baccaurea racemosa) dan tampoi (Baccaurea macrocarpa). Kerabat lain yang populer seperti Baccaurea dulcis (kupa), B. motleyana (rambai), dan B. racemosa (menteng). Oleh sebab itu bagian dalam buahnya terlihat kemiripannnya. Banyak pula anggota marga ini berpotensi sebagai bahan obat kanker dan aktivitas antimikroba.
Tersebar di India, Asia Tenggara dan kawasan Indomalaya hingga Pasifik. Para ahli berbeda pendapat mengenai jumlah spesies marga Baccaurea. Kajian yang terbaru (Haegens, 2000) menyebutkan angka sejumlah 43 spesies, dengan 5 spesies diantaranya masih meragukan.
Perawakan dan Habitatnya
Tinggi pohonnya berkisar 6 – 21 meter, tanpa banir. Daunnya tersusun berseling dengan ujung meruncing dan permukaan yang kasar. Lembaran daun tebal, berbentuk seperti elip sampai melonjong dengan panjang 12-39 cm dan lebar 4-13,6 cm.
Bunganya berumah dua. Bunga jantan dan betina berada pada pohon yang terpisah (dioecious). Bunga jantan kecil memiliki lebar 2-2,6 mm dan berbulu padat, perbungaan mengumpul (inflorescen). Bunga betina sedikit lebih besar, lebar 4-10 mm dan berbulu padat, kuning pucat hingga kuning krem, mengumpul pada perbungaan.
Musim berbunga pada bulan Mei sampai November. Musim berbuah terjadi pada bulan November sampai Januari.
Buahnya muncul dari batang dan cabang. Buah membulat lonjong atau seperti lentera yang bersudut mirip buah belimbing, bila masak berwarna kemerahan sampai merah jambu, termasuk tipe buah berair (berry) dan berasa manis keasaman. Ukuran buah panjangnya 3-5,2 cm. Bijinya diselaputi aril manis sampai asam dan dapat dimakan.
Habitat tumbuhan ini pada dataran rendah dan hutan primer atau sekunder. Belimbing merah ini juga ditemukan di hutan riparian atau hutan pasang surut yang tidak jauh dari tepi sungai di Pulau Kalimantan. Pohonnya tumbuh di bawah naungan pada tanah berpasir atau laterit hingga ketinggian 800 m dpl.
Kandungan dan Potensi
Buah belimbing merah mengandung protein, karbohidrat, serat, mineral dan vitamin C (Voon dan Kueh 1999) dalam Gunawan, dkk. (2016). Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa buah belimbing merah mengandung senyawa fenol, flavonoid, karotin dan aktifitas menghambat lipid peroksidase.
Bagian buah yang paling banyak mengandung senyawa metabolit sekunder adalah kulit buah. Ada juga yang mengungkapkan, bahwa belimbing merah mengandung vitamin A pada keseluruhan buah dan daging buah, vitamin C pada bagian seluruh buah, kulit buah dan daging buah, dan vitamin E yang hanya terdapat pada kulit.
Belimbing merah juga mengandung senyawa antosianin dan mempunyai aktifitas antioksidan yang tinggi pada kulitnya.
Penelitian lain melaporkan bahwa ekstrak belimbing merah mempunyai efek regulatif pada aktifitas protein MMP-13. Oleh karena itu, belimbing merah juga berpotensi sebagai sumber bahan alami untuk pengobatan kanker.
Ekstrak kulit buah belimbing merah juga mempunyai aktivitas antimikroba, khususnya efek penghambatan tertinggi terjadi pada Streptococcus pneumonia, ekstraksi yang paling kuat memberikan efek penghambatan adalah ekstrak yang menggunakan pelarut etanol.
Kreatifitas Olahan
Berkat kreativitas tim penggerak PKK Provinsi Kalimantan Barat, belimbing merah ini diolah menjadi minuman serbat. Bagian yang digunakan adalah kulit belimbing merah yang dibuat manisan.
Resep pembuatan serbat belimbing merah, sebagai berikut : bahan berupa kulit belimbing merah (buat manisan) 150 gram, serutan kelapa muda. 50 gram, telok kodok / selasih (seduh dengan air panas) 10 gram, sepang/secang 25 gram, air 1000 cc, gula pasir 100 gram dan gula aren 100 gram.
Cara pembuatannya : masak sepang bersama air, gula, masukkan kulit belimbing merah. Lalu ambil gelas, masukkan air sepang, biji selasih, serutan kelapa muda dan siap disajikan dengan es.
Teknik Perbanyakan
Perbanyakan tanaman belimbing merah telah dicoba dengan setek dan cangkokan, meskipun bisa dengan bijinya. Akan tetapi buahnya terkadang steril sehingga tidak menghasilkan biji.
Perbanyakan dengan setek lebih mudah, namun apabila tidak dilindungi dan disiram air maka akan mudah mati sehingga peluang tumbuhnya juga kecil. Akan tetapi percobaan yang telah dilakukan justru menunjukkan setek pada batang ujung ranting belimbing merah yang dipotong sepanjang 30 cm berpeluang tumbuh 60%. Meskipun tumbuhnya tunas hampir 3 bulan baru muncul daun muda baru.
Caranya ialah dengan memotong ujung ranting sepanjang 30 cm dan daunnya disisakan tiga lembar daun muda. Oleskan hormon pertumbuhan pada bekas potongan ranting tersebut. Tanam hasil setek tersebut pada media kompos yang halus atau bercampur pasir halus. Sungkup batang setek belimbing merah selama 2-3 bulan hingga tumbuh daun-daun mudanya. Setelah daun muda menghijau sungkup dapat dibuka dan media tanam disiram setiap harinya.
Pencangkokan dapat dilakukan pada ranting yang berdiameter 1 cm atau lebih. Batang dibersihkan dari kambium dengan panjang kurang lebih 10 cm untuk media tumbuh akar lalu dibungkus dengan sabut kelapa atau plastik yang berlubang dan diikat erat-erat.
Akar akan tumbuh setelah 2-3 bulan dan setelah akar menembus sungkup cangkokan maka ranting ini bisa dipotong secara hati-hati agar akar yang halus tidak patah. Pemotongan cangkok sebaiknya menggunaka gunting setek atau gergaji tajam.
Tanam hasil cangkokan pada galian tanah yang sudah diberi kompos halus atau bercampur pasir halus untuk mempercepat pertumbuhan akar baru. Tanaman hasil cangkokan ditanam dengan diberi penyangga dan diikat kuat agar tidak mudah goyah oleh angin sehingga tidak mengganggu pertumbuhan akar baru.
*) Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasonal (BRIN)