Perencanaan pada level mikro sangat penting, sudah waktunya dilakukan dan terukur. Pelibatan masyarakat menjadi prasyarat mutlak untuk terciptanya keberlajutan program. Inilah yang sedang dilakukan pemerintah bersama akademisi, LSM dan masyarakat di Raja Ampat.
Raja Ampat bukan hanya terkenal di Indonesia tapi juga sudah jadi tujuan wisata tingkat dunia. Komunitas pecinta wisata berbasis alam di dunia pasti mengenal Raja Ampat berkat keindahan alamnya. Keindahan Raja Ampat begitu lengkap, baik yang diatas permukaan darat, permukaan laut, apalagi alam bawah lautnya.
“Keanekaragaman hayati seperti jenis ikan dan jenis karang Raja Ampat terbanyak di dunia dalam satuan luas yang sama. Kualitas karang dan ikannya begitu mengagumkan. Di Raja Ampat dapat ditemui dengan mudah ikan –ikan indah seperti ikan nemo, napoleon, kakaktua, kerapu, bendera, kambing – kambing, ikan kiri – kiri, dan berbagai jenis ikan istimewa lainnya”, tutur Dr. Arsyad Al Amin, Deputi Direktur Desain Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu dalam Mendukung Percepatan Pelaksanaan RZWP3K di Provinsi Papua Barat.
Kelestarian Alam dan Manusia
Dengan berkembangnya jumlah penduduk, pembangunan yang pesat dan perubahan iklim, keberadaan alam dan manusia di Raja Ampat akan terancam, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Ancaman resiko atau bencana perlu diantisipasi untuk mengurangi dampak yang akan terjadi.
Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan di Raja Ampat, pada 12 November, Dr. Benny Osta Nababan, marine policy specialist dari PKSPL IPB menyampaikan, “perencanaan zonasi perlu dilakukan dengan strategi kolaborasi. Strategi ini diharapkan menjadi strategi bersama parapihak. Untuk itu diperlukan adanya interaksi parapihak sehingga diperoleh manfaat program secara bersama”.
FGD ini dilaksanakan atas kerjasama Bappenas, Pemda Papua Barat, PKSPL IPB dan ICCTF untuk penyusunan protokol impelemntasi RZWP3K Papua Barat. Dalam FGD ini dibicarakan mengenai potensi konflik sumberdaya alam, erosi pantai, pencemaran laut, kerusakan karang, perubahan iklim dan potensi bencana lainnya.
Lebih lanjut Benny Osta Nababan menjelaskan, “hasil perencanaan yang diharapkan berupa masyarakat bisa maju secara bersama. Jangan sampai perencanaan hanya menghasilkan pihak tertentu saja yang maju tapi masyarakat umum tertinggal”.
Faktanya sudah banyak wilayah yang maju tapi masyarakat setempat justru terpinggirkan. Pada jangka panjang pembangunan seperti ini dapat memicu konflik berkepanjangan.
“Perencanaan yang baik menciptakan keberlanjutan alam dan manusia. Hindarilah perencanaan yang tidak berimbang. Misalnya demi produksi ikan meningkat pesat pada periode tertentu tapi lupa jangka panjangnya. Perencanaan seperti ini bisa mengakibatkan pada waktu berikutnya keberadaan ikan sulit ditemukan. Atau hal yang paling ekstrim, wilayahnya maju, sumberdayanya letsari tapi kemiskinan rakyat juga lestari. Hal ini tentu kurang baik. Untuk itu perlu dibuat desain habitat proteksi, restorasi, pemanfaatan dan dilaksanakan dengan manajemen yang berkualitas” jelas Dr. Benny, marine Policy Specialist dari IPB.
***MRi***
No comment