Madu Sialang: HHBK Unggulan Warga Latang

Ada cara yang unik dalam pemanenan madu sialang liar. Para anggota kelompok HKm biasanya akan memanen madu pada saat malam hari. Di  daerah ini lebah-lebah madu bersarang di dinding-dinding batu curam yang terletak di tepi jalan raya. ….  Menarik dan unik.

Tebing batu curam, di sini lebah Sialang memilih bersarang

SIAPA bilang tak enak di-‘madu’? Eit… jangan emosi dulu. Yang dimaksud adalah bermain di bisnis madu. Cairan kental bercita rasa manis ini sudah lama dimanfaatkan dan dikelola oleh masyarakat.

Madu mengandung berbagai komponen yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Manfaat lainnya berupa peningkatan hasil pernyerbukan, baik tanaman semusim maupun tanaman buah. Tak hanya itu, serangga penghasil madu itu, tanpa sengaja telah berjasa membantu penghijauan hutan (Purwanto 2015).

Madu hutan atau dikenal dengan ‘madu sialang’ merupakan salah-satu komoditas unggulan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dikelola oleh Hutan Kemasyarakatan (HKm) Batu Bapayuang.

HKm Batu Bapayuang masuk dalam skema perhutanan sosial yang berada di Nagari Latang, Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung. HKm Batu Bapayuang merupakan HKm yang berada dibawah pengelolaan KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) Sijunjung – Sumatera Barat.

Panen Malam Hari

Potensi HHBK yang dikelola oleh HKm Batu Bapayuang berupa madu sialang liar. Madu ini bisa  dipanen setiap musim. Musim panen biasanya jatuh pada  pada bulan April dan bulan Oktober. Pemanenan madu lebah sudah dilakukan oleh masyarakat Latang sebelum adanya Hkm Batu Bapayuang.

Lalu setelah terbitnya SK Menteri LHK Nomor: SK.3238/Menlhk-PSKL/PKPS/PSL.0/5/2017, masyarakat semakin semangat dalam memanen madu sialang. Hal ini dikarenakan sudah adanya Lembaga yang menampung hasil dari madu yang dipanen sehingga masyarakat tidak kesusahan dalam pendistribusian hasil madu.

Ada cara yang unik dalam pemanenan madu sialang liar. Para anggota kelompok HKm biasanya akan memanen madu pada saat malam hari. Hal ini berfungsi untuk mengurangi intensitas lebah dalam menyerang.

Pemanenan madu masih dilakukan secara tradisional. Pada saat pemanenan masyarakat akan membakar serabut kelapa lalu akan mengasapi sarang lebah sehingga lebah pergi dari sarangnnya lalu madu lebah siap dipanen. Agar produksi madu liar dapat lestari setiap kali pemanenan madu tidak dipanen sampai habis.

Sarang lebah akan disisakan sedikit agar induk dan anakan lebah dapat dapat kembali ke sarang awalnya. Selain itu HKm Batu Bapayuang juga membuat kegiatan budidaya lebah madu sehingga permintaan madu dapat dikendalikan dan lestari.

Pesona Wisata

Umumnya lebah membuat sarang di pohon dan kayu mati. Akan tetapi  di HKm Batu Bapayuang, lebah-lebah madu membuat sarang di dinding-dinding batu curam yang terletak di tepi jalan raya. Hal ini  membuatnya tampak menarik dan unik.

Banyak masyarakat yang berhenti di tepi jalan untuk sekedar mengabadikan foto. Jika objek ini diperhatikan dengan baik, bukan hal yang mustahil, bisa dijadikan objek wisata yang bertaraf dalam kelestarian hutan dan lingkungan.***

Afda Refani

Redaksi Green Indonesia