JEJAK AIR SEBAGAI ANTISIPASI KEKERINGAN

Tidak ada makhluk hidup yang bisa bertahan hidup tanpa air. Pada beberapa wilayah di dunia, keberadaan air menjadi sangat berharga dan menjadi barang mewah. Perusahaan-perusahaan besar di dunia saat ini sudah mulai rebutan terhadap sumber air dan menjadikan bisnis multinasional. Di Indonesia bisnis air dalam kemasan semakin membesar. Pada waktu bersamaan kelangkaan air untuk masyarakat pada waktu-waktu tertentu mulai mengkhawatirkan.

Oleh: Dr. Purwana Satriyo

Dosen Universitas Syiah Kuala, Aceh.

Semua daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia pada musim hujan terjadi kenaikan debit yang sangat besar dan pada musim kemarau terjadi kekurangan. Bahkan beberapa sungai, pada musim kemarau menjadi kering kerontang. Hanya batu dan pasir yang ditemukan. Air menguap entah kemana.

Empat Skenario Pengelolaan DAS

Meskipun tidak sampai mengering, DAS Krueng Aceh juga menjadi sumber alam terpenting bagi mahkluk hidup sekitar dan ketersediaannya tidak selalu sejalan dengan kebutuhannya. Seiring dengan jumlah penduduk yang makin bertambah setiap tahunnya, dampak penyusutan air akan berpengaruh pada aktifitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air. Berdasarkan metode perhitungan jejak air, kondisi DAS dapat diketahui supply-demand dari waktu ke waktu. Jejak air DAS dapat menjelaskan jumlah total volume air untuk menghasilkan barang atau jasa guna memenuhi konsumsi seseorang atau kelompok orang.

DAS Krueng Aceh memiliki luas sebesar 174.785,79 Ha atau 1.747,86 km2. Curah hujan wilayah DAS Krueng Aceh sebesar 1.715 mm/tahun. Secara administrasi, DAS Krueng Aceh berada di wilayah pusat ibu kota Provinsi Aceh yaitu Kota Banda Aceh dan wilayah Kabupaten Aceh Besar.

Jejak air dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan pola konsumsi penduduk desa dan penduduk kota dalam DAS Kreung Aceh. Daya dukung DAS diketahui dari neraca air yang dihasilkan dari jejak air dan ketersediaan air. Dalam pengelolaan DAS Krueng Aceh dan hal ini secara umum bisa diterapkan untuk semua DAS di Indonesia, dilakukan empat skenario yaitu: skenario Bussiness as Usual (BaU), penerapan pola pertanian hemat air dengan cara padi konvesional menjadi budidaya System of Rice Intensification (SRI), menerapkan diversifikasi pangan untuk pengurangan pola konsumsi, dan implementasi kebijakan pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Krueng Aceh dengan pembangunan waduk.

Fluktuasi Jejak Air Mengkhawatirkan

Hasil penelitian pada DAS Krueng Aceh menunjukkan bahwa rata-rata perkapita jejak air masyarakat di pedesaan sebesar 608,27 m3/tahun, lebih rendah dibandingkan dengan jejak air perkapita perkotaan sebesar 740,77 m3/tahun. Jejak air rata-rata perkapita masyarakat DAS Krueng Aceh berada di bawah rata-rata jejak air secara global sebesar 1.240 m3/kapita/tahun. Jejak air yang dikonsumsi masyarakat DAS Krueng Aceh untuk aktifitas sehari-hari sebesar 378.906.655,05 m3/tahun.

Potensi ketersediaan air dengan kemungkinan terpenuhi 80% dari data series 21 tahun (1995-2015) di DAS Krueng Aceh. Ketersediaan air tertinggi pada bulan November sebesar 120.151.120,44 m3. Ketersediaan air pada bulan Januari sebesar 55.458.043,58 m3, bulan Februari turun 43.12% yaitu sebesar 31.547.140,38 m3 sampai bulan Juli sebesar 9.533.945,38 m3.

Pada bulan Agustus debit air meningkat sebesar 11.991.471.76 m3 sampai bulan November sebesar 120.151.120,44 m3. Pada Desember terjadi penurunan debit 16.76% sebesar 100.004.811,55 m3. Namun dalam distribusi pasokan air berdasarkan neraca air terdapat kekurangan air dalam memenuhi jejak air pada bulan Februari, Maret, April, Juni, Juli, Agustus dan September masing-masing sebesar 28.368,23 m3, 6.182.860,71 m3, 10.823.671,27 m3, 11.005.298,29 m3, 15.403.850,10 m3, 22.041.563,23 m3 dan 19.584.036,85 m3.

Jika dilihat fluktuasi ketersediaan air ini sangat mengkhawatirkan. Pada musim hujan ketersediaannya mencapai sekitar 120 juta m3 dan pada musim kemarau hanya tersedia sekitar 6 juta m3 yaitu pada Bulan Maret. Dari data series 21 tahun seperti disebutkan diatas diperoleh informasi bahwa ada tujuh bulan dari 12 bulan dalam setahun terjadi kekurangan pasokan air.

Pembuatan Waduk & Antisipasi Kekeringan

Berdasarkan hasil skenario diperoleh volume air yang optimal untuk memenuhi air baku di DAS Krueng Aceh selama setahun dengan mengimplementasi kebijakan pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Krueng Aceh. Pembangunan waduk merupakan salah satu pilihan tepat dan penting dengan maksimal volume air sebesar 178.310.252,15 m3. Dengan demikian, pada musim kemarau, ketersediaan air di DAS Krueng Aceh dapat memenuhi kebutuhan air berdasarkan jejak air.

Antisipasi kekurangan air pada musim kemarau sangat penting dilakukan. Pemerintah dan lembaga-lembaga lain perlu secara bersama dan terencana melakukan antisipasi kekeringan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian setiap DAS untuk mengetahui kebutuhan dan strategi pencegahan kekeringan nasional. Tanah yang subur  di seluruh Indonesia mesti dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Air yang berlimpah pada musim hujan perlu dikelola sebagai antisipasi kekeringan pada musim kemarau.

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *