Buah ini dapat dijadikan pangan olahan (kuliner) bernilai tinggi, baik dari segi kelezatan maupun gizinya. Uniknya lagi, tidak semua daerah memiliki komoditas buah tersebut.
PENAHKAH Anda makan kanistel? Buah ini disebut juga “buah jigong”. Kenapa? Karena saat dimakan nyaris semua gigi terlumuri daging buah yang bewarna kuning, lengket dan menempel di sela gigi. Sebutan nama itu tampaknya sedikit menurunkan citra buah yang eksotik tesebut.
Kanistel (Pouteria campechiana) dikenal dengan beberapa nama, mulai dari alkesa, campoleh, egg fruit, sawo mentega, sawo ubi, dan –seperti sudah disebutkan tadi; buah jigong (tahi gigi). Buah alkesa berasal dari pohon yang termasuk kelompok tanaman evergreen, yaitu tumbuhan hijau sepanjang tahun.
Buah yang disebut sawo walanda oleh masyarakat Sunda ini, sangat unik, baik secara bentuk dan rasa. Bentuknya mirip sawo berwarna oranye berkulit tipis dan halus, tapi tidak seperti sawo pada umumnya karena bentuknya lonjong, melengkung dengan ujung runcing mengerucut, daging buahnya yang juga berwarna oranye pun sangat lembut dan manis seperti ubi cilembu.
Pohon Alkesa alias Canistel tumbuh setinggi hingga 15 m dan buahnya mirip sawo dengan buah berwarna kuning jingga, juga disebut sapote kuning, dengan bentuk buah dengan panjang hingga 10 – 20 cm. Buah ini dapat dimakan mentah.
Dikutip dari situs planterandforester.com, bahwa dari hasil analisis kimia yang dilakukan di Kuba dan Filipina menunjukkan bahwa buah yang matang mengandung nutrisi seperti serat, kalsium, fosfor, besi, karoten thiamin, riboflavin, niasin, Vitamin C, serta energi karena mengandung lemak, protein, konsentrasi karbohidrat yang tinggi dan air. Bahkan di Meksiko dan Kuba, kulit buahnya biasa digunakan sebagai obat penurun panas.
Olahan Pangan Bergengsi
Tampaknya, umumnya masyarakat di Indonesia, buah ini kurang bergengsi, apalagi bagi konsumen yang ‘sok impor’. Agaknya pemerintah perlu mengupayakan untuk mengeksplorasi berbagai buah unik, terrmasuk kanistel, agar gengsi buah tersebut meningkat dan memiliki nilai ekonomis bagi petani.
Seperti diberitakan beberapa media, sampai sejauh ini di Indonesia belum ditemukan penelitian terhadap ekstraksi dan stabilitas zat buah campolay sebagai bentuk pengembangan komoditas lokal yang dapat diolah menjadi suatu produk khas lokal bergizi dan bernilai ekonomis. Padahal, sejumlah pelaku usaha kuliner, dalam skala kecil, telah membuat beragam pangan olahan bebahan baku daging buah kanistel atau alkesa.
Hasilnya pun tak kalah menarik untuk terus dikembangkan secara industri. Selain lezat dan bergizi, kue olahan alkesa pun terbilang unik, karena tidak semua daerah memiliki tanaman ini.

Pengamatan GI di sejumlah media online menunjukkan, bahwa daging buah alkesah dapat diolah menjadi pangan bergengsi, seperti bolu alkesa, pudding, cendol kanistel, klepon, bahkan roti, donat dan sebagainya. Atau untuk disimpan lama serta dipasarkan dalam bentuk tepung kanistel.
Di Cianjur – Jawa Barat, tepatnya sekitar daerah menjelang kota Bandung, buah alkesah alias buah jigong ini banyak dipasarkan masyarakat di sepanjang jalan. Kawasan ini memang terkenal sebagai sentra produksi buah tersebut.
***Riz***
No comment