Indonesia siap menyambut pagelaran Conference of the Parties (CoP) ke – 26 di Glasgow. Ada beberapa agenda penting yang menjadi concern Indonesia pada CoP ke – 26 seperti mekanisme pasar, kerangka transparansi, loss and damage, finance dan adaptasi perubahan ilim.
Dalam Webinar Environmental Leader Talks seri 3 yang dilaksanakan oleh DPP HA IPB, IPB dan Seameo Biotrop, hadir sebagai narasumber talk show Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK, Ir. Laksmi Dhewanthi, M.A. Dalam paparannya, Dirjen PPI menyebutkan, “Fakta ilmiah membuktikan bahwa perubahan iklim sudah terjadi. Bukan sekedar teori lagi. Kejadian bencana seperti banjir, badai, longsor, angin puting beliung dan kekeringan merupakan bukti nyata dampak perubahan iklim yang sudah terjadi”
Perubahan iklim menyasar semua kalangan. Tidak pilih kasih. Tidak pilih usia. Semua dihampirinya. Yang tua, muda, laki – laki atau perempuan, kota atau desa, semua terkena imbasnya. Menurut Dirjen PPI, “Tahun 2015 tercatat ada 1.654 kejadian bencana di Indonesia dan pada tahun 2020 meningkat sampai 4.650 kejadian. Apabila dihitung kerugian, wilayah Jabodetabek saja, tahun 2020 akibat banjir dan longsor potensi kerugian sekitar 10 triliun rupiah”.
Untuk mengantisipasi dampak yang lebih besar, Indonesia sudah menyusun berbagai dokumen perencanaan. Dokumen ini mulai dari tingkat nasional seperti forest reference emission level (FREL), Nationally Determined Contribution (NDC) dan juga dokumen tingkat provinsi di seluruh Indonesia. Indonesia menganut prinsip living document atau dokumen yang dapat diperbaharui sesuai dengan perkembangan teknologi, informasi atau perhitungan – perhitungan terkini.
Indoensia sudah menyusun dokumen NDC dan sudah dikirim ke badan Perserikatan bangsa – bangsa yang menangani perubahan iklim atau UNFCCC tahun 2016. Dokumen NDC sudah diperbaharui pada Juli 2021. Dokumen NDC Indoensia mungkin berbeda dengan NDC negara lain dan ini wajar karena setiap negara menyusun perencanaan perubahan iklim yang seusai dengan kondisi dan kebutuhan dalam negeri.
Dunia tahu kalau Indoensia adalah sebagai negara kepulauan terbesar, ring of fire dan bencana hidro meteorologi kerap muncul. “Untuk itu Indonesia menetapkan perencanaan Adaptasi dan Mitigasi perubahan iklim sama pentingnya. Dengan demikian upaya untuk menghindari sumber – sumber emisi gas rumah kaca, sama besarnya dengan upaya meningkatkan daya adaptasi dan ketahanan terhadap perubahan iklim. Keduanya sama – sama punya peta jalan. Indoensia sudah memiliki dokumen peta jalan NDC Adaptasi dan Peta Jalan NDC Mitigasi”, jelas Laksmi Dhewanhti meyakinkan.
***MRi***
No comment