Bandotan Si Herbal Sahabat Lambung Kita

Riuh gembira terlihat pada saat hari kemenangan atau hari lebaran tiba, aneka makanan kesukaan buatan ibunda tercintapun dihidangkan memenuhi meja makan. Hampir semua kalap dan melahap semua makanan sampai kenyang. Perut yang terbiasa kosong selama sebulan pun terkejut dengan serbuan aneka hidangan yang masuk secara serentak.

Terasa kekenyangan yang sangat, hal tersebut terkadang memicu terjadinya nyeri pada perut bagian atas, sakit terasa panas, perut terasa penuh alias cepat merasa kenyang, mual dan kembung, tubuh mual dan malas makan lagi, rasa nyeri dan panas di dada itu menandakan gejala sakit Maag sedang menerjang. Tidak usah panik karena ada tanaman herbal yang bisa digunakan untuk menangani dan mengobati sakit tersebut. Si Herbal tersebut mudah didapatkan dan bisa ditemukan di sekitar halaman rumah kita, dialah Bandotan

Apa itu Bandotan?

Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis tanaman herbal/terna anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis, khususnya Brasil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar di wilayah Nusantara. Beragam suku bangsa di Indonesia sudah mengenal tanaman tersebut, urang sunda menyebutnya tanaman babandotan atau babadotan, wong jawa menyebut wedusan; Orang Madura menyebut dus-bedusan; dan sebagainya.

Tidak hanya di Indonesia bandotan juga dikenal di luar negeri dengan nama dalam bahasa Inggris seperti Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed. Herbal ini mendapatkan namanya bandotan atau wedusan pada karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing (sinonim bandot/wedus).

Akar Babadotan

Setiap tumbuhan mempunyai ciri khas begitu juga bandotan. Kalau daunnya kita remas maka akan tercium aroma bandotan yang berbau keras. Habitus bandotan berupa herba/terna berbatang tegak atau merunduk dan bercabang-cabang dengan tinggi hingga 120 cm. Kalau batang dicabut dari tanah maka akan Nampak akar serabut. Daun-daun bertangkai, 0,5–5 cm, terletak berseling atau berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, 2–10 × 0,5–5 cm; dengan pangkal agak-agak seperti jantung, membulat atau meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing; bertepi beringgit atau bergerigi; kedua permukaannya berambut panjang, dengan kelenjar di sisi bawah.

Bandotan merupakan tumbuhan yang mudah berbunga, ada satu atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak di ujung (atau disebut bunga terminal). Bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul dalam bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih) terkumpul dalam malai rata terminal. Bongkol 6–8 mm panjangnya, berisi 60–70 individu bunga, di ujung tangkai yang berambut, dengan 2–3 lingkaran daun pembalut yang lonjong seperti sudip yang meruncing. Mahkota dengan tabung sempit, putih atau ungu. Buah kurung (achenium) bersegi-5, panjang lk. 2 mm; berambut sisik 5, putih.

Rumah Tinggal Bandotan

Bandotan mempunyai tempat tinggal/rumah untuk tumbuh yang yang luas dan menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika. Menurut catatan sejarah, bandotan memang didatangkan dari Meksiko, lalu Mengapa bandotan ada di Indonesia?.

Ternyata menurut sejarah Belanda mendatangkan tumbuhan ini ke Jawa sebelum 1860, kemudian telah menyebar luas di Indonesia. Di Amerika Selatan, tumbuhan ini malah dibudidayakan.

Bandotan merupakan tumbuhan pioneer (tumbuhan perintis) yang tumbuh di tempat-tempat terbuka di sawah-sawah yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak belukar. Ditemukan hingga ketinggian 3.000 mdpl, terna ini berbunga sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu tumbuhan, sehingga mudah sekali menemukan tumbuhan ini dimanapun di wilayah Indonesia. Tumbuhan ini adalah pengelana sejati, sehingga bandotan juga bisa ditemukan di Afrika, Asia Tenggara, Australia, serta di Amerika Serikat.

Manfaat Herbal Bandotan

Cerita yang turun-temurun dari nenek moyang kita, bahwa babadotan dikenal luas sebagai obat luka. Caranya, dengan menumbuk bandotan dan dicampur dengan minyak goreng, dan dipergunakan untuk obat luar saja.

Daun Bandotan

Menurut Seorang ahli botani yang bernama Heyne dalam bukunya ‘Tumbuhan Berguna Indonesia’ daun tumbuhan ini diremas-remas, dicampur dengan kapur, dioleskan pada luka yang masih segar. Rebusan dari daun juga digunakan untuk obat sakit dada, sementara ekstrak daunnya untuk obat mata yang panas. Akar yang ditumbuk dioleskan ke badan untuk obat demam; ekstraknya dapat diminum. Daunnya bisa dijadikan obat tetes mata, dengan jalan menumbuknya; air tumbukan tersebut, bisa diteteskan ke mata untuk cuci mata.

Cara seperti itu umum di Pantai Gading. Di sana pula, bandotan dipergunakan untuk sakit perut, penyembuhan luka, dan untuk menyembuhkan patah tulang. Zat yang terkandung dalam babadotan yang dilaporkan pada tahun 1987 adalah sebagai berikut: minyak esensial, alkaloid, dan kumarin. Meski demikian, tumbuhan ini juga memiliki daya racun. Di Barat, bandotan juga dimanfaatkan sebagai insektisida dan nematisida.

Babadotan yang merupakan rumput liar ini mempunyai manfaat yang luar biasa banyak bagi manusia, khususnya bagi kesehatan. Daun Babadotan ini dapat dibuat menjadi ramuan tradisional yang kemudian dimanfaatkan sebagai obat penyembuh beberapa penyakit. Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan daun babadotan ini adalah Sakit telinga bagian tengah akibat radang; Luka yang menimbulkan darah, bisul, dan eksim; Menyembuhkan borok; Rematik atau Asam urat; Pendarahan pada rahim; Tumor rahim; Sakit tenggorokan; Malaria dan influenza; serta Merawat rambut.

Begitu banyak fungsi dan manfaat bandotan untuk kehidupan manusia, Sungguh tidak ada yang sia-sia Ciptaan Allah SWT, oleh karena itu mulai dari sekarang tingkatkan perhatian kita ke lingkungan sekitar kita untuk menjaga dan melestarikannya sehingga kita akan mendapatkan manfaat yang luar biasa.

***Dsm***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *