PKSPL siapkan kader trainer handal dalam Pengelolaan pesisir terpadu (Integrated Coastal Management/ICM) dengan perencanaan tata ruang laut (Marine Spatial Planning/MSP) tingkat Provinsi
PUSAT Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PKSPL LPPM) IPB University mengadakan TOT dan Training Workshop fasilitator ICZM. Kegiatan selama lima hari di Bali (25-29 Januari 2022) itu digelar melalui kerjasama dengan beberapa pihak.
Para pihak yang dilibatkan tersebut adalah Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Coral Reef Rehabilitation Management Program Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI). Kegiatan ini didanai dari hibah World Bank melalui Dana Perwalian Perubahan Iklim Indonesia (ICCTF) – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Pelatihan ini diikuti oleh 20 peserta yang merupakan perwakilan middle manager dari Dinas perikanan dan kelautan Provinsi : Papua, Papua Barat, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Bali dan Bappeda Kabupaten Raja Ampat.
Untuk Percepatan RZWP3K
Dr Fery Kurniawan, Direktur Proyek ICM-COREMAP-CTI menyampaikan, pelatihan TOT dan Training Workshop fasilitator ICZM ini merupakan rangkaian program desain pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Program ini bertujuan mendukung percepatan pelaksanaan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) di daerah.
Sementara itu, Dr. Yonvitner, Kepala PKSPL IPB University, menyampaikan bahwa pelaksanaan Pelatihan TOT dan Training Workshop ICZM dalam rangka implementasi RZWP3K di Provinsi Papua Barat. Kegiatan ini diadakan sebagai bagian upaya percepatan dan penguatan kapasitas SDM.
“Tujuannya tidak lain tidak bukan bahwa kita sadari betul bahwa implementasi sentra kerja sebagai sinkronisasi antara ruang darat dan laut, penetapan izin lokasi, penetapan alokasi ruang itu memerlukan kemampuan, baik kemampuan dalam mendelegasi, kemampuan dalam memetakan daya dukung, memetakan informasi, memetakan sosial masyarakat,” jelas Yonvitner.
“Untuk itulah kita laksanakan Training ini yang merupakan bagian percepatan implementasi RZWP3K,” tambahnya.
Lebih jauh Yonvitner menjelaskan bahwa para peserta yang diutus dari dinas terkait merupakan champion yang terpilih dan sesuai kriteria untuk menciptakan trainer dalam mengelola pesisir. “Semangat baru sebagai kekuatan ekonomi masa depan. Pesisir dan laut sebagai bagian semangat pembangunan Indonesia ke depan,” ujarnya.
Selanjutnya, Dr. Sri Yanti, selaku Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pembangunan bidang kelautan dan perikanan harus senantiasa memperhatikan kelestarian ekosistem, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan mengintegrasikan rencana tata ruang dan rencana zonasi sesuai yang tertuang dalam UUCK/2020.
“Oleh karena itu perlu SDM handal dalam Pengelolaan pesisir terpadu (ICM) dengan perencanaan tata ruang laut (MSP) yang baik,” ujarnya.
Sri Yanti mengharapkan terjalinnya komunikasi dan koordinasi diantara para peserta dalam mengimplementasikan pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh untuk memperkaya pemahaman dan juga menghasilkan inovasi atau terobosan baru dalam pengelolaan wilayah pesisir.
Cetak SDM Handal
Isdahartati, MSi, selaku Course Leader, menyampaikan bahwa tujuan pelatihan ini adalah menyiapkan sumberdaya yang terlatih dan handal sebagai trainer/fasilitator untuk melakukan transfer pengetahuan tentang desain ICM dan tools yang digunakan dalam mendukung percepatan implementasi RZWP3K di Indonesia.
Disamping itu juga untuk meningkatkan kapasitas dan keahlian (skill) peserta dalam menyebarluaskan pendekatan ICM kepada aparat pemerintah dan masyarakat di wilayah pesisir serta tersedianya agen ICM di level daerah.
“Pengelolaan pesisir terpadu (ICM) dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan yang diwujudkan secara countinue dengan prinsip pemanfaatan berkelanjutan dengan pengelolaan dan perencanaan tata ruang laut (MSP) yang baik. Sehingga perlu menghubungkan ICM dengan MSP untuk meminimalis konflik antara darat dan laut dalam pengelolaan ruang,” paparnya.
Dengan demikian, peserta diharapkan bisa memfasilitasi implementasikan RZWP-3-K yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan harmonisasi darat dan laut dan melibatkan seluruh para pemangku kepentingan, mulai dari seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) provinsi dan kabupaten/kota hingga peneliti/akademisi serta praktisi, tambah Isdahartati.
Sebelumnya, untuk mencapai tujuan tersebut, materi yang disampaikan telah disusun dan di-workshop-kan oleh para pangajar pada tanggal 14 Januari di Bogor secara Hybrid (online dan offline).
Metode Beragam
Pelatihan ini dilaksanakan dengan beberapa metode diantaranya : (i) metode kelas (class room) dengan pendekatan brainstorming, roleplay, game audio dan video visual, (ii) Fokus Group Discussion (FGD) dengan menggunakan working group dan metaplan; (iii) fieldtrip dengan praktek langsung observasi langsung di lapangan di Pulau Nasa Penida Bali.
Disamping itu digelar pula workshop : dimana para peserta di bagi menjadi 5 kelompok untuk mendasian suatu pelatihan ICM untuk berbagai level. Diantaranya ialah level leader (decision makers), perencana (planners), tenaga teknis, masyarakat dan private sector serta praktek bagaimana mendelivery modul dan materi ajar.
“Secara keseluruhan pelatihan ini dibangun dengan pendekatan pendidikan orang dewasa (edult education) yang juga populer dengan sebutan andragogy dengan lingkup materi dari pelatihan ini yaitu mengiktuti ICM Sycle dan Tools yang digunakan dalam proses ICM,” jelas Isdahartati.
***Riz***
No comment