Nina Mindawati*) dan Yulianti**)
Pembangunan arboretum di suatu areal yang lokasinya berdekatan dengan Ibu Kota Negara baru, merupakan suatu keharusan agar dapat mempertahankan keberadaan jenis-jenis asal yang ada di lokasi itu.
SELAMAT tinggal Jakarta, selamat datang di Kalimantan Timur. Sekitar 256 ribu hektar lahan di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam – Paser Utara, telah disiapkan untuk dibangun menjadi kawasan Ibu Kota Negara (IKN) baru.
Istana, gedung perkantoran, serta sarana lain pun akan berdiri megah. Lalu kemana para fauna dan flora. Seperti diketahui, bahwa areal itu merupakan bagian dari kawasan hutan yang kaya akan keragaman hayati.
Lalu konsep forest city atau bush capital pun diusung. Maka Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang baru berada di kawasan hutan, namun modern, dengan sebuah ekosistem hutan hujan tropis khas Kalimantan.
Fungsi Arboretum
Seperti diketahui, kawasan IKN yang sedang dibangun itu, merupakan ekosistem alami hutan hujan Dipterokarpa dan ekosistem hutan karst. Keduanya mendukung kehidupan beragam flora dan fauna lokal.
Dalam kawasan tersebut tersimpan berbagai flora dan fauna berstatus dilindungi, baik oleh pemerintah Indonesia maupun dunia internasional. Untuk itu, maka pembangunannya harus ditinjau dari berbagai aspek (ekologi, ekonomi, sosial dan budaya).
Namun pada kenyataannya, sekecil apapun kegiatan pembangunan, tetap akan menimbulkan kerusakan di ekosistem tersebut. Terutama hilangnya sebagian besar keragaman hayati, baik flora maupun fauna seperti jenis-jenis tanaman family Dipterocarpaceae, jenis non dipterocarpaceae, mamalia, burung dan reptil yang dilindungi.
Untuk memperkecil kehilangan atau kepunahan flora dan fauna di areal IKN baru, salah-satu alternatif yang harus di tempuh selain menyisakan jalur hijau sekitar 30%, adalah melalui pembangunan sebuah arboretum di areal tersebut, yang berisi flora dan fauna asli areal IKN, melalui cara konservasi insitu.
Ke depannya arboretum tersebut dapat diperkaya dengan jenis flora lainnya secara konservasi exsitu dan akan menjadi show window miniatur hutan hujan tropis Indonesia.
Manfaat lain dari kehadiran sebuah arboretum di kawasan IKN, merupakan suatu kebutuhan dalam menopang kehidupan, karena fungsinya sangat besar. Diantaranya untuk melestarikan flora dan fauna setempat/ lokal, serta menjaga keseimbangan lingkungan setempat.
Selain itu, beberapa fungsi arboretum lainnya adalah sebagai tempat introduksi jenis-jenis potensial, tempat edukasi, wisata, sumber plasma nutfah, sumber benih, sumber karbon, serta turut berperan dalam perubahan iklim global.
Flora & Fauna
Areal IKN diketahui juga merupakan bagian dari blok Hutan Produksi dan Pemberdayaan Masyarakat. Sebagian kawasan hutan IKN telah dikonversi menjadi lahan budidaya Eucalyptus sp., dan Acacia sp. Selain itu, sebanyak 40 persen area yang dicadangkan merupakan area hijau yang ditujukan sebagai kawasan konservasi .
Daerah sempadan sungai dan daerah yang sangat terjal di wilayah itu dipertahankan sebagai kawasan lindung. Beberapa species yang dilindungi (masuk dalam CITES dan IUCN Red List) berada di kawasan ini. Jenis-jenis tersebut antara lain Shorea spp., Eusideroxylon zwagerii, Aquilaria malaccensis, Dryobalanops beccarii dan Agathis sp.
Jenis flora yang dilindungi dan terancam punah sebagian besar berada di kawasan lindung, terutama di Gunung Parung dan areal hutan berbukit, Daerah Perlindungan Satwa Liar, sempadan sungai, serta areal hasil delineasi kajian High Conservation Value Forest (HCVF).
Data sekunder menunjukkan ada 79 jenis fauna di dalam kawasan hutan tanaman, dengan perincian 25 jenis mamalia, 42 jenis burung, dan 12 jenis reptil yang masing-masing memiliki status konservasi berdasarkan IUCN Red List 2019, CITES, dan PP 106 Tahun 2018.
Daerah itu juga merupakan tempat tumbuh jenis tanaman cepat tumbuh sperti jenis akasia dan ekaliptus serta tumbuhan invasif seperti Ageratum conyzoides, Melastoma malabathricum, Solanum sp., Mimosa pudica, Clibadium surinamensis, Lantana camara, dan Polygonum chinensis.
Kawasan lindung dan hutan tanaman di IKN juga merupakan tempat hidup fauna seperti babi hutan, beruk, kijang kuning, kukang, macan dahan, monyet ekor panjang, owa-owa, rusa, tupai, dan elang brontok.
Jelas dan pantas, kekayaan akan keanekaragaman hayati tersebut perlu dipertahankan. Tujuannya, agar tidak menjadi langka dan punah. Salah-satu jawabannya adalah; arboretum.
*)Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi
** )Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan,BRIN.