Pada zaman kerajaan, pohon kepel terkenal sebagai pohon putri raja. Ya, jenis pohon ini dahulu kala disenangi para putri raja di Pulau Jawa karena berkhasiat sebagai deororan, keringat jadi beraroma wangi. Selain itu siapa saja yang memakan buah ini  dipercaya mampu mengurangi bau urin sehingga tidak tajam. Inilah salah satu jenis tanaman yang sekarang tegak berdiri di rest area KM 88 tol Jakarta – Bandung.

Siang itu, tidak terlalu panas dan tidak pula dingin. Angin bertiup semilir. Matahari menampakkan sinarnya dengan lembut. Diantara bangunan dan deru mesin mobil, terlihat sekelompok kecil orang berjongkok dekat beberapa tanaman. Bibit tanaman tersebut terlihat sedikit asing di perkotaan. Meski demikian, formasi bibit unik itu dapat menarik perhatian pengunjung yang lewat. Ada apakah gerangan yang dikerjakan sekelompok orang dengan tanaman berbagai rupa tersebut ?

Dr. Zulhamsyah Imran menjelaskan, “Kita sedang melakukan monitoring pohon langka yang kita tanam tahun lalu. Tanaman ini merupakan berbagai pohon langka dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Disini beraneka jenis tanaman kita kumpulkan untuk mengkonservasi pohon langka berupa tanaman hutan dan buah – buahan. Ini salah satu hasil kerjasama antara PT. Jas Marga, DPP Himpunan Alumni IPB, IPB dan SEAMEO BIOTROP”, tutur Direktur SEAMEO BIOTROP.

Lelaki berperawakn tinggi ini begitu cekatan memantau antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Tangannya berlumur tanah basah setelah mengaduk tanah dalam upaya pemeliharaan tanaman.

Pada areal Rest Area KM 88 Kabupaten Purwakarta ini terlihat tumbuh elok begitu banyak pohon langka nusantara. “Upaya yang dilakukan oleh kerjasama multipihak ini akan memberikan manfaat pada aspek biodiversity dan lingkungan,” jelas Dr. Dadan Mulyana, pakar silvikultur dari DPP HA IPB. “Dalam konteks biodiversity, kegiatan ini bermanfaat untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia”. Sambung Dadan.

Selain itu Dadan menjelaskan bahwa, “dari aspek lingkungan kegiatan ini bermanfaat untuk penyerapan emisi CO2e, konservasi tanah dan air, memberi edukasi pada masyarakat sekitar dan juga akan bermanfaat untuk perbaikan iklim mikro berupa udara yang sejuk bagi lingkungan rest area 88”.

Ya, kegiatan ini merupakan bagian dari program PT. Jasa Marga yaitu green toll road. Bagi PT. Jasa Marga, kegiatan green toll road merupakan salah kegiatan yang akan memberikan jasa lingkungan bagi pengguna jalan tol. Tentu saja hal ini sangat diapresiasi parapihak.

Menurut Dr. Dadan Mulyana kegiatan green toll road ini beda dengan kegiatan lainnya. “ya, kegiatan ini sunggu berbeda. Kerjasama parapihak ini memberikan ruang terbuka hijau (RTH) yang berkualitas, edukasi lingkungan, penghijauan dan ekowisata bagi publik pada lokasi yang strategis. Sangat jarang ada rest area yang memiliki jenis pohon khas Indonesia yang begitu banyak jenisnya. Mungkin ini rest area pertama di Indonesia yang memiliki keragaman jenis pohon nusantara”.

Pada areal ini memang tertanam dengan indah beberapa pohon yang jarang kita lihat seperti eboni (Diospyros celebica), gowok (Sygygium polycephalum), asem (Tamarindus indica), bungur (Lagestroemia speciose), rukam (Flacourtia rukam), kepel (Stelechocarpus burahol) dan berbagai jenis lainnya.

Jenis pohon yang banyak ini bukan sekedar kaya variasi jenis tapi juga kaya manfaat. “Lihatlah betapa menariknya setiap pohon ini. Ada nilai estetika yang berbeda. Setiap pohon memiliki bentuk daun dan warna daun yang berbeda. Bukan hanya berbeda fisiknnya tetapi manfaat setiap pohon ini juga berbeda. Pohon – pohon ini ada yang berguna untuk penghasil buah, wewangian dan juga obat – obatan. Nah…. Mari kita lestarikan tanaman asli Indonesia yang semakin jarang kita temukan, kaya manfaat dan dapat menurunkan emisi CO2e,” tutup Dr. Zulhamsyah Imran, Direktur SEAMEO BIOTROP.

***MRi***