Nyamplung merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang termasuk dalam family Clusiceae. Tanaman yang memiliki nama latin Calophyllum inophyllum ini ternyata menjadi jenis tanaman yang tersebar luas di berbagai belahan dunia, yaitu mulai Afrika Timur, India, Asia Tenggara, Australia, hingga Pasifik Selatan. Di Indonesia sendiri nyamplung menjadi tanaman yang tersebar luas di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur.

Melihat karakteristik habitatnya, ternyata jenis tanaman ini hidup dengan baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 1.000-5.000 mm/tahun. Selain itu biasanya ia memilih habitat pada ketinggian 0-200 mdpl. Contohnya yaitu pada lahan yang berada dikawasan hutan pantai. Sehingga tak heran bila nyamplung pada umumnya banyak di jumpai disekitar pinggir pantai.

Perlu kita ketahui, jenis tumbuhan hutan satu ini ternyata memiliki potensi yang sangat besar dalam menciptakan energi baru terbarukan. Yang tentunya menjadi salah satu sumber bahan baku yang memiliki tingkat keramahan lingkungan yang tinggi. Salah satu potensi yang dimilikinya yaitu dapat menjadi sumber penghasil minyak nabati yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Hal ini dikarenakan nyamplung memiliki kadar minyak yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 40-73% (w/w). Minyak nabati yang ia hasilkan pun mencapai 4680 kg/ha. Bila kita bandingkan dengan produktivitas sawit, ternyata nyamplung memiliki nilai produktivitas yang lebih tinggi. Perbandingannya bisa mencapai tiga kali lipat dari hasil produktivitas sawit. Bagaimana cukup besar bukan?

Tak hanya itu, nyamplung merupakan jenis tanaman penghasil non-edible oil, sehingga ia tidak bersaing dengan kebutuhan untuk pangan. Kemudian dalam salah satu hasil riset Indonesia dinyatakan bahwa biofuel yang dihasilkan oleh nyamplung mampu mengurangi emisi hidrokarbon tak terbakar, karbon monoksida, sulfat, hidrokarbon polisiklik aromatik, nitrat hidrokarbon polisiklik aromatik dan partikel padatan. Sehingga telah terbukti bahwa nyampulng menjadi alternative energi yang ramah lingkungan.

Nah sebetulnya dimanakah sumber penghasil minyak nabati yang dihasilkan oleh nyamplung ini? Perlu kita ketahui bersama bahwa minyak yang dapat dihasilkan oleh nyamplung terdapat pada bagian bijinya. Mungkin ini menjadi keuntungan lain yang dimiliki olehnya. Karena seperti sawit, jenis tanaman hutan ini bias kita manfaatkan berdasarkan dari hasil bukan kayunya. Sehingga dalam pemanfaatannya kita tak usah menebang batang pohon nyamplung. Akan tetapi cukup dengan memanfaatkan biji yang ia hasilkan. Salah satu kelebihannya lagi, tanaman nyamplung berbuah sepanjang tahun. Hal ini akan memudahkan kita dalam menyediakan bahan baku biodiesel.

Biodisel merupakan senyawa methyl ester atau ethyl ester yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak bumi. Pada umumnya biodiesel lebih ramah lingkungan karena kandungan yang dimiliki bahan bakar yang dihasilkan bersifat biodegradable dan non toxic. Pada tumbuhan nyamplung sendiri untuk menghasilkan biodiesel perlu dilakukan beberapa tahapan utama, yakni pembuatan minyak mentah dan biodiesel.

Minyak nyamplung adalah minyak hasil ekstraksi dari biji nyamplung yang dilakukan dengan menggunakan mesin pres. Terdapat dua macam mesin pres yang bisa kita gunakan yaitu mesin pres hidrolik manual dan mesin pres sekunder. Tentunya sebelum melakukan pengepresan kita perlu melakukan beberapa tahapan, yakni sortasi biji, pengulitan, pengirisan, dan pengeringan di oven. Setelah itu baru kita bisa melakukan pengepresan. Agar minyak nyamplung dapat digunakan untuk proses selanjutnya maka perlu dilakukan proses degumming yakni memisahkan minyak dari getah atau lendir. Proses ini dilakukan pada suhu 80°C dengan penambahan asam fosfat 2% (b/b) dari berat bahan baku.

Setelah diperoleh minyak nyamplung maka dibuatlah menjadi biodiesel nyamplung. Dimana proses pembuatan minyak mentah biji nyamplung menjadi biodiesel adalah proses esterifikasi dan transesterifikasi. Proses ini merupakan proses alkoholis yang mengandung methanol sebagai reaktan.

Langkah awal yang dilakukan saat memproses minyak menjadi biodiesel nyamplung, yaitu menyaring minyak nyamplung yang dihasilkan. Tahapan ini ditujukan untuk memisahkan minyak dari zat pengotor. Selanjutnya membuat sodium metoksit, yang biasa diperoleh dari hasil reaksi antara methanol dengan NaOH. Bersamaan dengan pembuatan sodium metoksi, minyak dimasukan kedalam beaker glass untuk proses pemanasan. Pemanasan tersebut dilakukan sekitar 5-10 menit dengan menggunakan suhu 50ºC. Kemudian mencampurkan larutan sodium metoksi dengan minyak nyamplung yang dipanaskan. Hingga kedua larutan tersebut menjadi homogen. Selanjutnya mengendapkan hasil larutan yang telah tercampur hingga homogen tersebut. Biasanya membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Hingga berakhirlah pada tahap pemisahan. Untuk memisahkan hasil endapan dari filtratnya. Filtrat tersebutlah yang bisa kita gunakan sebagai bahan bakar alternatif yaitu sebagai biodiesel.

Melihat berbagai tahapan tersebut, sebetulnya tahapan pembuatan biodiesel nyamplung ini cukup mudah dilakukan. Kemudian melihat dari sisi keuntungan lainnya pun seperti bias dijadikan sebagain bahan pengawet, bahan pakan ternak, pupuk cair, dan keuntungan lainnya, ternyata nyamplung memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan.

Sayangnya sampai saat ini pemanfaatan nyamplung khususnya sebagai sumber energi terbarukan di Indonesia masih sangat rendah. Padahal ketersediaan biomassanya sangat berlimpah. Hal ini dipengaruhi oleh biaya produksi yang masih terkategorikan tinggi, yaitu antara Rp20.000 – Rp25.000 per liter. Namun bila kita bandingkan dengan solar yang biasa kita gunakan, satu liter solar hanya bisa kita gunakan 10 km. sedangkan satu liter bahan bakar yang dihasilakan nyamplung ini bisa mencapai 12 km.

Salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan pemanfaatan nyamplung sebagai sumber energi, maka diperlukan beberapa solusi. Khusunya dalam menurunkan biaya produksi. Namun tetap saja bila kita bandingkan dengan bahan fosil yang banyak memberikan dampak terhadap emisi nasional, nyamplung memiliki kualitas yang lebih besar dibandingan dengan sumber energi saat ini.

***DYa***